Jumat, 03 Agustus 2012

ramadhan penuh berkah


HIKMAH DAN KEUTAMAAN PUASA RAMADHAN
Puasa didalam Islam memiliki sasaran dua dimens; membina dengan Alloh Swt, (hablumminalloh) dan menjalin hubunngan baik dengan sesame manusia(hablumminannas). Sekilas, puasa seolah menyiksa diri, orang Islam yang meninggalkan puasa, selain dianggap berat juga merasa terbebani. Karena tidak mengenak keutamaan puasa itu sendiri.
Dalam pandangan kebanyakan orang, puasa dianggap mengganggu etos kerja dan kurang manusiawi. Padahal jika diamati, puasa memiliki hikmah dan keutamaan yang tak terhingga. Utamanya dalam mendidik kejernihan hati yang selalu terkait dengan kehadiran dan pengawasan Alloh Swt, terhadap segala tindak-tanduk manusia.
Secara umum hikmah dan keutamaan puasa di bulan Ramadhan meliputi;
Pertama, upaya seseorang mukmin guna mendekatkan diri pada pengawasan Alloh Swt, (muraqabatulloh), saat berpuasa seseorang muslim menghabiskan sebagian waktu siangnya dalam keadaan lapar. Meskipun dirinya menginginkan makan dan minum, kesadaran keimanannya menolak untuk melakukannya demi memenuhi kehendak tulusnya terhadap perintah Alloh. Ketulusan inilah yang melahirkan kesadaran bahwasannya segala perbuatan dirinya senantiasa dilihat dan diawasi oleh Alloh Swt. pengawasan ilahiyyah hadir pada seseorang yang berpuasa meski tanpa pengawasan dari seseorangpun.
Kedua, mengajarkan pengorbanan luhur. Selama bilan Ramadhan, seseorang muslim dituntut meninggalkan makan, minum dan bersetubuh yang merupakan hak resmi bagi seluruh manusia demi memenuhi segala titah-Nya. Demi menggapai kecintaan kepada Alloh Swt, perlu pengorbannan yang berarti bagi setiap hamba-Nya. Pengorbanan ini guna mengingatkan  bahwa semua kenikmatan yang kita rasakan berasal dari Alloh Swt.
            Dialah yang paling berkehendak untuk meminta, memberi dan mencabut semua kenikmatan itu kapan saja Dia kehendaki. Kemampuan mengenal dan mengakui segala nikmat Alloh muaidari nikmat makanan, minuman, dan kesehatan. Manusia dapat merasakan besarnya semua nikmat tersebut justru disaat kehilangan semuanya.
Tidak sampai pada pengorbanan, pada bulan Ramadhan ini pula dianjurkan untuk menyucikan jiwa dan pikiran dengan berbagai ibadah dan zikir mengingat Alloh Swt,. penghambaan seseorang muslim hanyalah bergantung kepada Alloh  tuhan yang Esa. Ketika seseorang mampu meninggalkan godaan nafsunya, ia dengan mudah menggapai keridloan-Nya. Ia lebih mencintai Alloh Swt, daripada mencintai dirinya sendiri. Ia sadar, terlalu mencintai dirinya sendiri, sepertinya iblis, termasuk bennih tidak menguntungkan bagi dirinya untuk menghambakan diri secara total kepada Alloh Swt.
Ketiga, untuk melembutkan hati dan emosi. Seseorang yang perutnya selalu kenyang selalu memiluki kecendrungan sifat emosi yang keras, dan kasar. Lapar membuat dirinya lemas dan menyadari kelemahannya pada titik yang utama. Hati yang keras dan kasar, tentu saja bertentangan dengan keharusan seseorang muslim. Disyariatkannya berpuasa menjadi wahana bagi seorang muslim untuk membersihkan jiwa dan menghaluskan perasaannya. Tabiat nafsu manusia, semakin kuat kian melampaui batas, perlu upaya mengendalikan kekuatan melalui upaya yang sungguh-sungguh.
Keempat, guna menumbuhkan empati social, prinsip tegaknya umat Islam adalah saling mengasihi dan menyayangi sesame umat Islam. Sangat sulit bagi seseorang mengasihi orang miskin tanpa merasakan  sendiri tanpa merasakan sendiri kelaparan dan pahitnya penderitaan. Bilan Ramadhan adalah sebaik-baik pengalaman bagaimana seseorang yang kaya bisa merasakan penderitaan orang yang fakir.
Demikian rasa kasih dan saying tumbuh dengan sendirinya antara orang kaya dan miskin. Orang kaya merasakan penderitaan orang-orang miskin sehingga mengasihani mereka. Seseorang tidak akan merasakan penderitaan perihnya luka dan rasa lapar kecuali dengan merasakannya sendiri.
Kelima, paisa dapat mengokohkan kekuatan akal dari pada nafsu. Dengan akal, seseorang lebih cenderung berfikir jernih daripada mendahulukan nafsu yang selamanya tidak memiliki akal sehat dan nuran kemanusiaan.
Keenam, mengakui kelemahan diri yang tidak bisa hidup tanpa makan dan minum, sehingga seseorang tidak bersikap angkuh dan sombong terhadap orang lain.
Ketujuh, puasa bisa menjernihkan hati dan pikiran. Kosongnya perut bisa menjadikan seseorang lebih tabah menahan rasa sakit dan jernih dalam berfikir.
Kedelapan. Menjaga kesehatan dan stamina tubuh. Perut itu gudang penyakit, semua penyakit rata-rata disebabkan aneka makanan yang kita konsumsi. Membatasi makanan berarti mencegah munculnya ragam penyakit dalam tubuh. Adapun jika terdapat orang yang tidak sehat karena berpuasa, dikarenakan cara puasa yang tidak sesuai anjuran syariat maupun ilmu kesehatan.

KATA MUTIARA
Niat adalah ukuran dalam menilai benarnya suatu perbuatan, oleh karenanya, ketika niatnya benar, maka perbuatan itu benar, dan jika niatnya buruk, maka perbuatan itu buruk.
(Imam An Nawawi)

CONTOH SANG KEKASIH
Sebelum tidurnya, Rasulullah selalu melakukan 4 perkara, yaitu :
membaca Surah Al Ikhlas tiga kali, membacalah sholawat untukku dan para nabi sebelum aku, beristighfar untuk para muslimin, dan bertasbih, bertahmid, bertahlil, bertakbir. (Al-Hadits)


Rasulullah saw bersabda :
Apa yang kularang untuk kalian maka tinggalkanlah dan apa yang kuperintahkan kepada kalian, maka laksanakanlah sesuai dengan kemampuan kalian sesungguhnya yang membinasakan orang-orang sebelum kalian adalah banyaknya pertanyaan dan perselisihan terhadap para Nabi mereka.(HR. BUkhori Muslim)



Rasulullah saw bersabda :
Tinggalkanlah perkara yang meragukanmu dan kerjakan perkara yang tidak meragukanmu. (HR. Tirmidzi dan Nasa'i)


Rasulullah saw bersabda :
Di antara tanda kebaikan keislaman seseorang adalah ia meinggalkan perkara yang tak berguna baginya. (HR Tirmidzi dan lainnya)


Rasulullah saw bersabda :
Bertaqwalah kepada Allah di manapun kalian berada. Dan ikutilah kejelekan dengan kebaikan, niscaya kebaikan itu akan menghapusnya. Dan pergaulilah manusia dengan akhlak terpuji. (HR. Tirmidzi)

hikmah ramadhan


SEJARAH RAMADHAN
Sejarah puasa dibulan Ramadhan tidak bisa dilepaskan dari peristiwa penting hijrah nabi Muhammad Saw, ke Madinah. Hijrah yang ditandai dengn perjalanan, perpindahan atau eksodus nabi Muhammad Saw, dan para sahabanya dari Mekah ke Madinah dalam rangka menghindari gangguan kaum musyrik quraisy. Peristiwa tersebut merupakan momentum penting pembentukan dan penyempurnaan syariat Islam dikemudian hari.
Puasa Ramadhan diwajibkan kepada nabi Muhammad Saw, dan umatnya pada bulan Sya’ban tahun kedua hijriyah dengan cara dan model yang dilakukan umat islam sekarang ini. Ibadah fisik atau ritual Islam kebanyakan diwajibkan pada tahun kedua hijriyyah ini seperti sholat, adzan, dan iqomat. Kejadian ini setelah setahun menempuh peletakan dasar keimanan melalui hijrah ke Madinah. Pembebasan fisik selanjutnya diwajibkan pada tahun kedua setelah kebanyakan umat Islam bisa bisa beradaptasi.
Imam Al Qurthibi menjelaskan bahwa yang pertama kali berpuasa Ramadhan adalah nabi Nuh as, saat beliau turun dari perahunya setelah badai menimpa umat beliau. Puasa saat itu dilakukan sebagai tanda rasa syukur kepada Alloh Swt, atas keselamatan beliau dan para pengikutnya dari badai dan banjir.
Sebelum ayat yang diwajibkan puasa turun, umat Islam biasa berpuasa wajib pada 10 Muharam atau yang lebih dikenal dengan hari ‘Asyura’ ketika nabi SAW, tiba di Madinah semasa peristiwa hijrah, beliau mendapati orang-orang Yahudi, disana biasa berpuasa setiap 10 Muharam.Baginda nabi SAW, lantas bertanya kepada mereka tentang sebab berpuasa pada hari tersebut. Orang orang Yahudi menyatakan, pada hari tersebut Alloh Swt, telah menyelamatkan nabi Musa as, dan kaumnya dari serangan Fir’aun. Nabi Musa as, berpuasa pada hari 10 Muharam sebagai tanda rasa syukur kepada Alloh. Nabi Muhammad Saw, menjelaskan pada umatnya bahwa hal tersebut umat Islam lebih berhak atas nabi Musa as dan orang Yahudi. Lalu nabi SAW, pun memerintahkan umat Islam agar berpuasa pada tanggal 10 Muharam tersebut.
Pada awalnya umat Islam diwajibkan berpuasa sampai waktu Magrib. Setelah berbuka mereka masih diperbolehkan makan, minum, dan bersetubuh dan kemudian menunaikan sholat Isyak dan tidur. Setekah itu mereka tidak diperbolehkan makan, minum dan bersetubuh hingga tiba saatnya waktu berbuka. Praktik ini benar-benar menyulitkan umat Islam sehingga banyak yang melanggar larangan tersebut.
Dengan demikian Alloh Swt, menurunkan ayat 187 dalam surah Al Baqarah yang mengganti praktek tersebut diatas. Firman-Nya
 أُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ إِلَى نِسَائِكُمْ هُنَّ لِبَاسُُ لَّكُمْ وَأَنتُمْ لِبَاسُُ لَّهُنَّ عَلِمَ اللهُ أَنَّكُمْ كُنتُمْ تَخْتَانُونَ أَنفُسَكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ وَعَفَا عَنكُمْ فَالْئَانَ بَاشِرُوهُنَّ وَابْتَغُوا مَاكَتَبَ اللهُ لَكُمْ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ اْلأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ اْلأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ ثُمَّ أَتِمُّوا الصِّيَامَ إِلَى الَّيْلِ وَلاَ تُبَاشِرُوهُنَّ وَأَنتُمْ عَاكِفُونَ فِي الْمَسَاجِدِ تِلْكَ حُدُودُ اللهِ فَلاَ تَقْرَبُوهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللهُ ءَايَاتِهِ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُون (187)َ
Artinya; “dihalalkan bagi kamu pada malam hari puasa bercampur dengan istri-istri kamu, mereka itu adalah pakaian, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka. Alloh mengetahui bahwasannya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Alloh mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Alloh untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu sedang kamu beri’ktikaf  dalam masjid. Itulah larangan Alloh, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Alloh menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya bertaqwa.” (QS. AL Baqaroh 2:187)


HADITS SHOHIH
Dari Ibnu Abbas ra, berkata,” ketika Rasulilloh Saw, tiba di Madinah, beliau menjumpai orang orang yahudi melaksanakan puasa hari Asyura’. Ketika ditanyakan tentang hal itu, mereka menjawab,” hari ini adalah hari kemenangan yang diberikan Alloh kepada nabi Musa as, dan bani Israil dari Fir’aun. Karena itu, pada hari ini kami berpuasa sebagai penghormatan padanya.” Mendengar jawaban itu, Rasululloh Saw, bersabda,” kami lebih berhak atas Musa dari kalian, maka beliau menyuruh para sahabat untuk berpuasa.” (HR. Muslim, 1910)

KHASANAH PENGETAHUAN
KESELAMATAN MUSA DARI FIR’AUN
“Dan kami wahyukan (perintah) kepada Musa as, pergilah pada malam hari dengan membawa hamba-hamba-Ku (Bani Israil), karena sesungguhnya kamu sekalian akan disusuli. Kemudian Fir’aun mengirimkan orang yang mengumpulkan (tentaranya) kekota-kota. (Fir’aun berkata) sesungguhnya mereka (Bani Israil) benar-benar olongan kecil dan sesungguhnya menreka membuat hal-hal yang menimbulkan amarah kita dan sesungguhnya kita benar-benar golongan yang selalu berjaga-jaga. Maka kami keluarkan Fir’aun dan dan kaumnya dari taman-taman dan mata air dan dari perbendaharaan dan kedudukan yang mulia, demikianlah halnya dan kami anugrahkan semua itu kepada bani Israil. Maka Fir’aun dan bala tentaranya menyusuli mereka pada matahari terbit. Maka setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut musa, sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul (QS. Asy-syu’ara’, 26:52-61)
Dalam keadaan Bani Israil terjebak dan orang-orang Fir’aun mengira bahwa mereka akan segera menangkap Bani Israil, Musa berkata tanpa pernah kehilangan kepercayaan akan pertolongan Alloh.
Dia (Musa) menjawab, “ sekali-kali tidak akan tersusul, sesungguhnya Tuhanku bersamaku, Dia akan memberi petunjuk kepadaku.(QS. Asy-Syu’ara’. 26: 62)
Pada saat itu Alloh menyelamatkan Musa dan bani Israil dengan terbelahnya lautan. Fir’aun dan orang-orangnya tenggelam didalam air yang menutup diatas kepala mereka setelah bani Israil menyebrang dengan selamat(QS. Asy-Syu’ara’. 26: 63-68)
Tongkat Musa memiliki mu’jizat. Alloh telah mengubahnya menjadi ular dalam menyampaikan wahyu yang pertama kepadanya, kemudian tongkat ini pula yang berubah menjadi ular yang menelan ular-ular jadi-jadian dari ahli sihir Fir’aun. Sekarang Musa membelah lautan dengan tongkat yang sama. Inilah Mu’juzat terbesar yang diberikan kepada nabi Musa.

Asal Usul Puasa
Semenjak permulaan sejarah manusia, puasa diyakini oleh banyak agama sebagai salah satu wasilah mencapai keagungan spiritual dan menjadi penawar kealpaan yang bisa menuntun pelakunya dari kemungkaran. Puasa bukan amalan ibadah umat islam saja, ia juga merupakan amalan lazim masyarakat non islam seperti Mesir Kuno, Yunani kuno, bangsa Romawi dan China kuno.
            Bangsa phoenik di Mesir, berpuasa untuk. Menghormati Dewi Isis. Sekitar tahun 193 SM, bangsa Romawi kuno berpuasa selama setahun penuh dalam setiap lima tahun untuk menghormati Dewa Osiris. Osiris adalah Dewa pelindung kematian, saudara sekaligus  suami Dewi Isis.
Bangsa Yunani mempelajari kelebihan puasa dari Mesir kuno. Puasa dalam kamus Militer Yunani kuno, dianggap sebagai persiapan menghadapi peperangan. Bangsa Romawi pun mengikuti ritual puasa dari bangsa Yunani. Mereka percaya puasa bisa meenjadi benteng diri karena mengandung dua dimensi kekuatan baik secara fisik maupun metafisik (ketahanan dan kesabaran). Sedangkan dalam ajaran China kuno, puasa merupakan salah satu ajaran Budha dalam rangka menyucikan diri.
Demikian juga puasa yang diperintahkan oleh Alloh Swt. pada ajaran Samawi (agama wahyu) seperti Yahudi dan Nasrani melalui para nabi yang diutus kepada mereka. Dalam kitab Taurot dikisahkan (surah Eksodus), nabi Musa berpuasa selama 40 hari digunung Sinai. Saat itu nabi Musa as, diamanahkan beban kepemimpinan.
Tradisi puasa nabi Musa as, itu kemudian diteruskan oleh bangsa Yahudi sebagai bentuk penolakan bala atas bencana yang menimpa. Mereka percaya bahwa puasa dapat mereda murka Tuhan, dan mengampuni dosa-dosa mereka. Bangsa Yahudi juga berpuasa untuk mengenang peristia kemusnahan Bandar Jerussalem ditangan Nebucetnezar II (605-562 SM) putera Nabopelessar, pendiri kerajaan Babylon baru tahun 597  SM.
Adapun nabi Isa as, Rasol dari bangsa Yahudi yang terakhir bersama dengan ibunya, Maryam binti Imran, turut melaksanakan ibadah puasa pada hari tersebut. Nabi Isa as, bersama para hawari ( pengikutnya) hendak meneruskan tradisi puasa 40 hari nabi Musa as,. Tradisi inilah yang kemudian diteruskan oleh ajaran Kristen setiap kali merayakkan hari raya Paskah sebelum akhirnya para teolog mereka memperkenalkan model puasa dengan tidak makan daging, ikan dan telor.
Sejarah juga mencatat, empat model puasa, meninggalkan makan, minum, bersetubuh, maupun omongan semuanya pernah terjadi. Ada yang puasa meninggalkan makan, minum, bersetubuh, atau cukup dengan tidak berkata-kata saja seperti puasanya Siti Mariyam.(aku tidak akan berkata-kata dengan seorang manusiapun pada hari ini, QS, Maryam 19: 26)  seperti Nazarnya Siti Maryam, suku Aborigin di Australia pun melakukan puasa dari kata-kata bagi seorang istri yang ditinggal mati suaminya selama satu tahun penuh.
Demikian beberapa bukti puasa pernah dilakukan dan menjadi ritus umat terdahulu. Seperti disinggung dalam Al-Quran, puasa termasuk tradisi ritus kuno yang pernah dilakukan umat manusia sejak dahulu. “… sebagaimana telah diwajibkan pada umat sebelum kamu” , QS. Al-Baqoroh 2:183




MENELADANI PUASA ULAT
Didalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 183 ditegaskan, manfaat puasa itu akan kembali pada pelakunya sendiri. Hal itu tergambar dari ungkapan perintah kewajiban puasa yang dilafalkan dalam padanan kata kerja pasif (kutiba). Menyamarkan subjek perilaku yang memerintah, itu menrupakan sebuah isyarat, bahwa puasa tidak membawa manfaat atau kepentingan apa-apa lagi Alloh Swt, sebagai subjek yang memerintah. Melainkan kembali pada manusia itu sendiri.
Terbukti, bahwa puasa membawa manfaat secara medis maupun ruhaniah, bagi orang yang menunaikannya. Secara jasmaniyah, puasa sesuai anjuran medis, karena bisa menyehatkan anggota tubuh. Puasa menjadi upaya membersihkan sel-sel penyakit, yang merusak tubuh akibat makanan yang dikonsumsi dan kemudian digantikan sel-sel baru.
Secara ruhaniyah, puasa menanamkan sentibilitas social yang tinggi, terutama mereka yang hidup jauh dari garis kemiskinan. Seseorang tidak akan terpanggil menolong orang-orang yang kelaparan, sebelum ia merasakan penderitaan lapar itu sendiri. Jika mengibrah lebih jauh, puasa merupakan kebiasaan agungbagi sebagian hewan dan tumbuhan. Bagi ulat misalnya, puasa termasuk satu proses yang harus dilalui, demi perubahan dirinya dari ulat menjadi kupu-kupu. Setelah sekian lama berpuasa, ulat pun kemudian berubah menjadi kepompong dan berikutnya berubah menjadi kupu-kupu.
Saat berbentuk ulat, kerjaannya selalu merugikan orang lain dengan menggugurkan daun-daun pepohonan. Namun tatkala menjadi kupu-kupu, pola hidupnya pun menjadi lebih mulia. Ia tidak lagi merusak tanaman lain. Bahkan sang kupu-kupu kini tidak lagi mengkonsumsi makanan secara sembarangan.
Bagi manusia, puasa berfungsi menumbuhkan kesadaran spiritualitas dan social. Dari hidup materialis menuju peningkatan kualiras ruhani. Dari sikap tamak menuju sikap dermawan dan dari serakah menuju rendah hati. Ulat ternyata bisa menjadi contoh puasa yang baik bagi seseorang terutama saat memetik hikmah puasa.



Sabtu, 28 April 2012

benar dan jujur

Benar dan Jujur


Istilah benar dan jujur merupakan terjemahan dari kata sidq. Lawannya adalah kizb yang berarti dusta atau bohong. Sifat benar dan jujur seharusnya menjadi sifat orang beriman dan bertakwa. Sifat ini membawa pemiliknya kepada kebaikan.

Rasulullah SAW bersabda, ''Sesungguhnya sifat benar membawa kepada kebaikan, kebaikan membawa ke surga. Sesungguhnya yang benar lagi jujur akan digelari Allah dengan siddiq. Sedangkan kebohongan membawa kepada perbuatan dosa, perbuatan dosa membawa pemiliknya ke neraka. Laki-laki yang berbohong akan digelari Allah dengan kazzab (pembohong).'' (HR Bukhari-Muslim).

Sifat benar dan jujur merupakan akhlak mulia. Bahkan, ia termasuk sifat yang selalu melekat pada setiap Rasul Allah. Allah berfirman, ''Ceritakanlah (hai Muhammad) kisah Ibrahim dalam Al-Kitab (Alquran) ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan lagi seorang nabi. Allah juga memberikan gelar siddiq kepada Ismail, Idris, dan rasul lain.''

Ada beberapa tingkatan benar dan jujur yang perlu dipraktikkan. Pertama, benar dan jujur dalam ucapan atau lisan. Orang yang memiliki sifat ini akan selalu memelihara lisan dari perkataan tidak benar dan bohong.

Kedua, benar dan jujur dalam niat. Ini dibuktikan dengan selalu ikhlas dalam niat. Niat yang ikhlas berlaku bagi semua aktivitas yang dilakukan seseorang.

Ketiga, benar dalam cita-cita. Biasanya, sebelum melakukan pekerjaan selalu diawali dengan cita-cita atau tekad (azam). Misalnya, ada orang mengatakan, apabila Allah memberinya rezeki, ia akan menyedekahkan semua atau sebagiannya. Begitu pula, apabila Allah memberinya kekuasaan sebagai pemimpin, ia akan berlaku adil. Kebenaran tekad ini akan terbukti setelah ia memperoleh apa yang dicita-citakannya.

Keempat, benar dalam memenuhi tekad dan cita-cita. Orang sering kali mudah berjanji dan menyatakan cita-cita, tekad, dan rencana. Namun, banyak orang merasa berat mewujudkan janji dan rencananya karena tergoda hawa nafsu yang cenderung mengingkarinya. Perilaku orang ini bertentangan dan jauh dari nilai-nilai kebenaran dan kejujuran. Sebaliknya, orang yang benar dan jujur selalu memenuhi tekad, janji, dan rencana dengan baik, seperti firman Allah, ''Di antara orang-orang Mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah.'' (QS 33: 23).

Kelima, benar dan jujur dalam beramal. Sifat ini ditampilkan secara lahir dan batin. Apa yang ada dalam batin dibuktikan dengan amal secara lahir. Keenam, benar dan jujur dalam menjalankan ajaran Islam, dan ini merupakan tingkatan yang tertinggi. Orang yang memiliki sifat ini melekat padanya beberapa sifat lain, seperti khauf dan raja (takut dan harap), zuhud, ridha, tawakal, dan hubb (cinta) kepada Allah dan rasul-Nya.

Sifat benar dan jujur (sidq) perlu dimiliki setiap Mukmin, sehingga ia disenangi Allah dan manusia. Melaluinya, ia akan berhasil, beruntung, dan memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. (Firdaus)

Alloh mendidik kita cinta

Allah Mendidik kita tentang Cinta


Cinta adalah salah satu pesan agung yang Allah sampaikan kepada umat manusia sejak awal penciptaan makhluk-Nya. Dalam salah satu hadis yang diterima dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, ''Ketika Allah mencipta makhluk-makhluk-Nya di atas Arsy, Dia menulis satu kalimat dalam kitab-Nya, 'Sesungguhnya cinta kasihku mengalahkan amarahku'.''(HR Muslim). Atau dalam versi yang lain, ''Sesungguhnya cinta kasihku mendahului amarahku.'' (HR Muslim).

Dalam kehidupan manusia, cinta sering direfleksikan dalam bentuk dan tujuannya yang beragam. Ada dua bentuk cinta. Pertama, cinta karena Allah. Kedua, cinta karena manusia. Seseorang yang mencintai orang lain karena Allah dan Rasul-Nya, maka ia akan mengarahkan cinta itu sebagai media efektif untuk saling memperbarui dan saling introspeksi diri, sudah sejauh mana pengabdian kita kepada Allah. Cinta model ini akan berujung pada kepatuhan total dan ketundukan tulus, bahwa apa yang dilakukannya adalah semata-mata karena pembuktian cintanya kepada Allah dan Rasul-Nya.

Seseorang yang mencintai orang lain karena manusia, akan banyak menimbulkan persoalan serius. Cinta ini sifatnya singkat, karena cinta model ini biasanya muncul karena dorongan material dan hawa nafsu. Dua hal yang sering membuat manusia lalai dalam kenikmatan duniawi.

Rabi'ah al-Adawiyah, seorang tokoh sufi terkemuka, suatu ketika pernah berlari-lari di jalan sambil membawa seember air dan api. Ketika ditanya oleh seseorang tentang apa yang sedang dilakukannya, Rabi'ah tegas menjawab bahwa ia membawa air untuk menyiram api neraka, dan membawa api untuk membakar surga. Rabi'ah memberikan alasan, bahwa hanya karena niat ibadah untuk memperoleh surga dan terhindar dari api neraka inilah, kebanyakan manusia melupakan tujuan hakiki ibadahnya. Padahal, ibadah bukanlah bertujuan untuk memperoleh surga atau menghindari neraka. Ibadah merupakan bentuk cinta tulus ikhlas kepada Allah semata.

Pergaulan hidup juga mesti dilandasi cinta. Dengan itu, kehidupan akan berjalan harmonis dan langgeng. Cinta yang diajarkan Allah SWT adalah cinta yang berujung pada keabadian, karena Allah sendiri adalah Zat yang abadi dan tak pernah rusak. Maka, keabadian, keharmonisan, dan kesejahteraan umat manusia akan tercapai jika cinta yang ada pada diri manusia ditujukan semata-mata karena Allah. Allah SWT sendiri yang mengingatkan manusia, bahwa Dia tidak akan pernah mendahulukan amarah-Nya. Cinta Allah yang menyebar di alam semesta inilah yang menjadi bukti bahwa keharmonisan itu benar-benar terjadi.

Seseorang yang tidak melakukan cinta model yang Allah SWT ajarkan tidak akan berhasil mendapatkan cinta Allah. Dalam salah satu hadisnya, Rasulullah SAW bersabda, ''Siapa yang tidak mencintai manusia, maka ia tidak akan Allah cintai.'' (HR Al-Bukhari). Model cinta yang Allah ajarkan adalah cinta tertinggi, kerena selain berakibat pada kebahagiaan abadi di akhirat, imbasnya bagi kehidupan dunia pun akan terasa. Wallahu a'lam.