SEJARAH RAMADHAN
Sejarah
puasa dibulan Ramadhan tidak bisa dilepaskan dari peristiwa penting hijrah nabi
Muhammad Saw, ke Madinah. Hijrah yang ditandai dengn perjalanan, perpindahan
atau eksodus nabi Muhammad Saw, dan para sahabanya dari Mekah ke Madinah dalam
rangka menghindari gangguan kaum musyrik quraisy. Peristiwa tersebut merupakan
momentum penting pembentukan dan penyempurnaan syariat Islam dikemudian hari.
Puasa
Ramadhan diwajibkan kepada nabi Muhammad Saw, dan umatnya pada bulan Sya’ban
tahun kedua hijriyah dengan cara dan model yang dilakukan umat islam sekarang
ini. Ibadah fisik atau ritual Islam kebanyakan diwajibkan pada tahun kedua
hijriyyah ini seperti sholat, adzan, dan iqomat. Kejadian ini setelah setahun
menempuh peletakan dasar keimanan melalui hijrah ke Madinah. Pembebasan fisik
selanjutnya diwajibkan pada tahun kedua setelah kebanyakan umat Islam bisa bisa
beradaptasi.
Imam
Al Qurthibi menjelaskan bahwa yang pertama kali berpuasa Ramadhan adalah nabi
Nuh as, saat beliau turun dari perahunya setelah badai menimpa umat beliau.
Puasa saat itu dilakukan sebagai tanda rasa syukur kepada Alloh Swt, atas
keselamatan beliau dan para pengikutnya dari badai dan banjir.
Sebelum
ayat yang diwajibkan puasa turun, umat Islam biasa berpuasa wajib pada 10
Muharam atau yang lebih dikenal dengan hari ‘Asyura’ ketika nabi SAW, tiba di
Madinah semasa peristiwa hijrah, beliau mendapati orang-orang Yahudi, disana
biasa berpuasa setiap 10 Muharam.Baginda nabi SAW, lantas bertanya kepada
mereka tentang sebab berpuasa pada hari tersebut. Orang orang Yahudi
menyatakan, pada hari tersebut Alloh Swt, telah menyelamatkan nabi Musa as, dan
kaumnya dari serangan Fir’aun. Nabi Musa as, berpuasa pada hari 10 Muharam
sebagai tanda rasa syukur kepada Alloh. Nabi Muhammad Saw, menjelaskan pada
umatnya bahwa hal tersebut umat Islam lebih berhak atas nabi Musa as dan orang
Yahudi. Lalu nabi SAW, pun memerintahkan umat Islam agar berpuasa pada tanggal
10 Muharam tersebut.
Pada
awalnya umat Islam diwajibkan berpuasa sampai waktu Magrib. Setelah berbuka
mereka masih diperbolehkan makan, minum, dan bersetubuh dan kemudian menunaikan
sholat Isyak dan tidur. Setekah itu mereka tidak diperbolehkan makan, minum dan
bersetubuh hingga tiba saatnya waktu berbuka. Praktik ini benar-benar menyulitkan
umat Islam sehingga banyak yang melanggar larangan tersebut.
Dengan
demikian Alloh Swt, menurunkan ayat 187 dalam surah Al Baqarah yang mengganti
praktek tersebut diatas. Firman-Nya
أُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ
الصِّيَامِ الرَّفَثُ إِلَى نِسَائِكُمْ هُنَّ لِبَاسُُ لَّكُمْ وَأَنتُمْ
لِبَاسُُ لَّهُنَّ عَلِمَ اللهُ أَنَّكُمْ كُنتُمْ تَخْتَانُونَ أَنفُسَكُمْ
فَتَابَ عَلَيْكُمْ وَعَفَا عَنكُمْ فَالْئَانَ بَاشِرُوهُنَّ وَابْتَغُوا
مَاكَتَبَ اللهُ لَكُمْ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ
اْلأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ اْلأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ ثُمَّ أَتِمُّوا
الصِّيَامَ إِلَى الَّيْلِ وَلاَ تُبَاشِرُوهُنَّ وَأَنتُمْ عَاكِفُونَ فِي
الْمَسَاجِدِ تِلْكَ حُدُودُ اللهِ فَلاَ تَقْرَبُوهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللهُ
ءَايَاتِهِ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُون (187)َ
Artinya; “dihalalkan bagi kamu pada malam hari puasa
bercampur dengan istri-istri kamu, mereka itu adalah pakaian, dan kamupun
adalah pakaian bagi mereka. Alloh mengetahui bahwasannya kamu tidak dapat
menahan nafsumu, karena itu Alloh mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu.
Maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Alloh
untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang
hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai malam, (tetapi)
janganlah kamu campuri mereka itu sedang kamu beri’ktikaf dalam masjid. Itulah larangan Alloh, maka
janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Alloh menerangkan ayat-ayat-Nya kepada
manusia, supaya bertaqwa.” (QS. AL Baqaroh 2:187)
HADITS
SHOHIH
Dari Ibnu Abbas ra,
berkata,” ketika Rasulilloh Saw, tiba di Madinah, beliau menjumpai orang orang
yahudi melaksanakan puasa hari Asyura’. Ketika ditanyakan tentang hal itu,
mereka menjawab,” hari ini adalah hari kemenangan yang diberikan Alloh kepada
nabi Musa as, dan bani Israil dari Fir’aun. Karena itu, pada hari ini kami
berpuasa sebagai penghormatan padanya.” Mendengar jawaban itu, Rasululloh Saw,
bersabda,” kami lebih berhak atas Musa dari kalian, maka beliau menyuruh para
sahabat untuk berpuasa.” (HR. Muslim, 1910)
KHASANAH PENGETAHUAN
KESELAMATAN MUSA DARI FIR’AUN
“Dan kami wahyukan (perintah) kepada Musa as, pergilah pada
malam hari dengan membawa hamba-hamba-Ku (Bani Israil), karena sesungguhnya
kamu sekalian akan disusuli. Kemudian Fir’aun mengirimkan orang yang
mengumpulkan (tentaranya) kekota-kota. (Fir’aun berkata) sesungguhnya mereka
(Bani Israil) benar-benar olongan kecil dan sesungguhnya menreka membuat
hal-hal yang menimbulkan amarah kita dan sesungguhnya kita benar-benar golongan
yang selalu berjaga-jaga. Maka kami keluarkan Fir’aun dan dan kaumnya dari
taman-taman dan mata air dan dari perbendaharaan dan kedudukan yang mulia,
demikianlah halnya dan kami anugrahkan semua itu kepada bani Israil. Maka
Fir’aun dan bala tentaranya menyusuli mereka pada matahari terbit. Maka setelah
kedua golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut musa,
sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul
(QS. Asy-syu’ara’, 26:52-61)
Dalam keadaan Bani Israil terjebak dan orang-orang Fir’aun
mengira bahwa mereka akan segera menangkap Bani Israil, Musa berkata tanpa
pernah kehilangan kepercayaan akan pertolongan Alloh.
Dia (Musa) menjawab, “ sekali-kali tidak akan tersusul,
sesungguhnya Tuhanku bersamaku, Dia akan memberi petunjuk kepadaku.(QS. Asy-Syu’ara’. 26: 62)
Pada saat
itu Alloh menyelamatkan Musa dan bani
Israil dengan terbelahnya lautan. Fir’aun dan orang-orangnya tenggelam didalam
air yang menutup diatas kepala mereka setelah bani Israil menyebrang dengan
selamat(QS. Asy-Syu’ara’. 26: 63-68)
Tongkat Musa memiliki mu’jizat. Alloh telah mengubahnya menjadi
ular dalam menyampaikan wahyu yang pertama kepadanya, kemudian tongkat ini pula
yang berubah menjadi ular yang menelan ular-ular jadi-jadian dari ahli sihir
Fir’aun. Sekarang Musa membelah lautan dengan tongkat yang sama. Inilah
Mu’juzat terbesar yang diberikan kepada nabi Musa.
Asal Usul Puasa
Semenjak permulaan
sejarah manusia, puasa diyakini oleh banyak agama sebagai salah satu wasilah
mencapai keagungan spiritual dan menjadi penawar kealpaan yang bisa menuntun
pelakunya dari kemungkaran. Puasa bukan amalan ibadah umat islam saja, ia juga
merupakan amalan lazim masyarakat non islam seperti Mesir Kuno, Yunani kuno,
bangsa Romawi dan China kuno.
Bangsa
phoenik di Mesir, berpuasa untuk. Menghormati Dewi Isis. Sekitar tahun 193 SM,
bangsa Romawi kuno berpuasa selama setahun penuh dalam setiap lima tahun untuk
menghormati Dewa Osiris. Osiris adalah Dewa pelindung kematian, saudara
sekaligus suami Dewi Isis.
Bangsa Yunani
mempelajari kelebihan puasa dari Mesir kuno. Puasa dalam kamus Militer Yunani
kuno, dianggap sebagai persiapan menghadapi peperangan. Bangsa Romawi pun
mengikuti ritual puasa dari bangsa Yunani. Mereka percaya puasa bisa meenjadi
benteng diri karena mengandung dua dimensi kekuatan baik secara fisik maupun
metafisik (ketahanan dan kesabaran). Sedangkan dalam ajaran China kuno, puasa
merupakan salah satu ajaran Budha dalam rangka menyucikan diri.
Demikian juga puasa
yang diperintahkan oleh Alloh Swt. pada ajaran Samawi (agama wahyu) seperti
Yahudi dan Nasrani melalui para nabi yang diutus kepada mereka. Dalam kitab
Taurot dikisahkan (surah Eksodus), nabi Musa berpuasa selama 40 hari digunung
Sinai. Saat itu nabi Musa as, diamanahkan beban kepemimpinan.
Tradisi puasa nabi
Musa as, itu kemudian diteruskan oleh bangsa Yahudi sebagai bentuk penolakan
bala atas bencana yang menimpa. Mereka percaya bahwa puasa dapat mereda murka
Tuhan, dan mengampuni dosa-dosa mereka. Bangsa Yahudi juga berpuasa untuk
mengenang peristia kemusnahan Bandar Jerussalem ditangan Nebucetnezar II
(605-562 SM) putera Nabopelessar, pendiri kerajaan Babylon baru tahun 597 SM.
Adapun nabi Isa as,
Rasol dari bangsa Yahudi yang terakhir bersama dengan ibunya, Maryam binti
Imran, turut melaksanakan ibadah puasa pada hari tersebut. Nabi Isa as, bersama
para hawari ( pengikutnya) hendak meneruskan tradisi puasa 40 hari nabi Musa
as,. Tradisi inilah yang kemudian diteruskan oleh ajaran Kristen setiap kali
merayakkan hari raya Paskah sebelum akhirnya para teolog mereka memperkenalkan
model puasa dengan tidak makan daging, ikan dan telor.
Sejarah juga mencatat,
empat model puasa, meninggalkan makan, minum, bersetubuh, maupun omongan
semuanya pernah terjadi. Ada yang puasa meninggalkan makan, minum, bersetubuh,
atau cukup dengan tidak berkata-kata saja seperti puasanya Siti Mariyam.(aku
tidak akan berkata-kata dengan seorang manusiapun pada hari ini, QS, Maryam 19:
26) seperti Nazarnya Siti Maryam, suku
Aborigin di Australia pun melakukan puasa dari kata-kata bagi seorang istri
yang ditinggal mati suaminya selama satu tahun penuh.
Demikian beberapa bukti puasa pernah
dilakukan dan menjadi ritus umat terdahulu. Seperti disinggung dalam Al-Quran,
puasa termasuk tradisi ritus kuno yang pernah dilakukan umat manusia sejak dahulu.
“… sebagaimana telah diwajibkan pada umat
sebelum kamu” , QS. Al-Baqoroh 2:183
MENELADANI PUASA ULAT
Didalam Al-Qur’an surah
Al-Baqarah ayat 183 ditegaskan, manfaat
puasa itu akan kembali pada pelakunya sendiri. Hal itu tergambar dari
ungkapan perintah kewajiban puasa yang dilafalkan dalam padanan kata kerja
pasif (kutiba). Menyamarkan subjek perilaku yang memerintah, itu menrupakan
sebuah isyarat, bahwa puasa tidak membawa manfaat atau kepentingan apa-apa lagi
Alloh Swt, sebagai subjek yang memerintah. Melainkan kembali pada manusia itu
sendiri.
Terbukti, bahwa puasa
membawa manfaat secara medis maupun ruhaniah, bagi orang yang menunaikannya.
Secara jasmaniyah, puasa sesuai anjuran medis, karena bisa menyehatkan anggota
tubuh. Puasa menjadi upaya membersihkan sel-sel penyakit, yang merusak tubuh
akibat makanan yang dikonsumsi dan kemudian digantikan sel-sel baru.
Secara ruhaniyah, puasa
menanamkan sentibilitas social yang tinggi, terutama mereka yang hidup jauh
dari garis kemiskinan. Seseorang tidak akan terpanggil menolong orang-orang
yang kelaparan, sebelum ia merasakan penderitaan lapar itu sendiri. Jika
mengibrah lebih jauh, puasa merupakan kebiasaan agungbagi sebagian hewan dan
tumbuhan. Bagi ulat misalnya, puasa termasuk satu proses yang harus dilalui,
demi perubahan dirinya dari ulat menjadi kupu-kupu. Setelah sekian lama
berpuasa, ulat pun kemudian berubah menjadi kepompong dan berikutnya berubah
menjadi kupu-kupu.
Saat berbentuk ulat,
kerjaannya selalu merugikan orang lain dengan menggugurkan daun-daun pepohonan.
Namun tatkala menjadi kupu-kupu, pola hidupnya pun menjadi lebih mulia. Ia
tidak lagi merusak tanaman lain. Bahkan sang kupu-kupu kini tidak lagi
mengkonsumsi makanan secara sembarangan.
Bagi manusia, puasa
berfungsi menumbuhkan kesadaran spiritualitas dan social. Dari hidup materialis
menuju peningkatan kualiras ruhani. Dari sikap tamak menuju sikap dermawan dan
dari serakah menuju rendah hati. Ulat ternyata bisa menjadi contoh puasa yang
baik bagi seseorang terutama saat memetik hikmah puasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar